Sistem informasi kesehatan merupakan sistem digital yang cukup kompleks sehingga dalam
pengembangan dan evaluasinya dibutuhkan untuk mempertimbangkan faktor budaya, politik, sosial
dan struktur organisasi. Di Bali, angka penderita gangguan jiwa cukup tinggi serta dibutuhkannya
penanganan penderita gangguan jiwa dalam waktu yang cukup panjang. Oleh sebab itu maka
keberadaan sebuah sistem informasi manajemen sangat dibutuhkan untuk mengorganisasi data
maupun informasi terkait pasien yang ditangani. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
sebuah sistem informasi manajemen tersentralisasi yang dapat digunakan khusus bagi petugas
kesehatan untuk memanajemen penderita ganguan jiwa. Pengembangan sistem informasi manajemen
ini melibatkan dokter, relawan, dan admin/staff organisasi pada proses yang dianggap penting. Metode
prototyping dipilih sebagai metode pengembangan sistem karena dianggap lebih adaptif di dalam
menangkap keinginan dan kebutuhan calon pengguna sistem. Pada tahap pengujian, evaluasi
fungsional melalui metode Black-box digunakan untuk menguji kemampuan fungsional dari sistem.
Selain itu Technology Acceptance Model (TAM) dan Task Load Index (TLX) digunakan untuk
mengevaluasi non-fungsional sistem dimana seluruh pengguna setuju bahwa sistem informasi
manajemen yang dikembangkan adalah berguna, mudah digunakan, dan membutuhkan tuntutan
beban kerja kognitif yang relatif kecil.